Jawaban hikmah politik yang terjadi di Singhasari Bandingkan dengan politik di Indonesia masa ini

Berikut jawaban hikmah politik yang terjadi di Singhasari bandingkan dengan politik di Indonesia masa ini. Sebelum kami uraikan contoh jawaban pada pertanyaan diatas. Kita akan ulas terlebih dahulu materi yang terkait pada pertanyaan diatas.

 

Kerajaan Singhasari: Pendiri Dinasti Penguasa Nusantara

Raja pertama Kerajaan Singhasari adalah Ken Arok. Kitab Pararaton dan Negarakrtagama menyebutkan, Ken Arok semula anak orang biasa dari Desa Pangkur. Ia lahir dari seorang anak petani yang kawin dengan dewa. Setelah itu, ia diangkat anak oleh seorang pendeta yang mengabdi di Tumapel. Penguasa di Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Ken Arok jatuh cinta kepada istri dari Tunggul Ametung yaitu Ken Dedes.

Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dengan kerisnya dan menikahi Ken Dedes. Ken Arok mengambil kekuasaan di daerah Tumapel. Sedikit demi sedikit, Ken Arok menghimpun kekuatan militer dan berani melepaskan diri dari Kadiri yang saat itu dipimpin oleh Kertajaya. Ken Arok dibantu oleh pendeta dari Kadiri yang berselisih dengan raja. Pada tahun 1227, Ken Arok dibunuh oleh anak tirinya Anusapati (anak dari Ken Dedes dan Tunggul Ametung) sebagai balas dendam atas kematian ayah kandungnya.

Anusapati mengambil alih kekuasaan Singhasari. Ia berkuasa dari tahun 1247-1248. Suatu pembunuhan terencana dilakukan oleh Tohjaya (anak dari Ken Arok dan Ken Umang). Tohjaya membalas dendam kepada Anusapati dan menjadi penguasa di Singhasari. Pada tahun 1284, kekuasaan dipegang oleh Ranggawuni yang mengalahkan Tohjaya. Ranggawuni berkuasa bersama dengan Mahesa Cempaka, anak dari Mahesa Wonga Teleng (anak Ken Arok dan Ken Dedes).

Pada tahun 1254, tahta kerajaan diberikan kepada anaknya yaitu Krtanegara. Banyak ditemukan bukti tentang masa pemerintahan Krtanegara. Pada tahun 1275, Krtanegara menjalin persahabatan ke Sumatra Tengah. Sang Raja mengirim pasukan ke Sumatra yang terkenal dengan Ekspedisi Pamalayu untuk mempererat persahabatan dengan kerajaan Dharmasraya. Kisah ekspedisi yang berlangsung hingga 1292 ini diketahui dari alas arca Amoghapaca yang ditemukan di Sungai Langsat.

Baca Juga :  Jawaban corak agama yang dianut di Kerajaan Tarumanegara

Menurut cerita, ada utusan dari Tiongkok bernama Meng K’i. Krtanegara yang merasa kesal memberikan penghinaan kepada raja Tiongkok dengan memberikan luka fisik kepada utusannya tersebut. Raja Tiongkok marah dan menyiapkan armada besar untuk menyerang Singhasari. Bersamaan dengan itu, Kadiri sudah mempersiapkan pemberontakan kepada Singhasari. Jayakatwang (Raja Kadiri) sudah memerhatikan situasi di Singhasari yang kurang pasukan akibat pengiriman Ekspedisi Pamalayu dan perselisihan dengan raja Tiongkok. Singhasari diserang oleh Jayakatwang dari dua arah yaitu utara dan selatan.

Krtanegara, yang sedang melakukan upacara keagamaan dengan para pendeta dan pembesar lainnya, terbunuh. Singhasari takluk oleh Kadiri. Namun, tidak berselang lama pasukan Tiongkok datang dan menyerang Jayakatwang. Jayakatwang kalah telak karena pasukan Tiongkok juga dibantu oleh sisa-sisa pendukung raja Krtanegara seperti Raden Wijaya. Raden Wijaya, yang mengetahui Jayakatwang telah kalah, menyerang balik pasukan Tiongkok untuk mengusir mereka dari Pulau Jawa.

Lembar Aktivitas 6 Aktivitas Individu

Bagaimana hikmah yang kalian dapatkan dari politik yang terjadi di Singhasari? Bandingkan dengan kondisi politik di Indonesia pada masa ini!

Jawaban : Politik yang terjadi zaman Kerajaan Singhasari adalah politik dinasti. Politik dinasti mengharuskan penerus tahta ada keturunan raja. Bisa merupakan anak kandung, cucu, kerabat dekat, atau menantu. Raja pun dianggap penguasa satu-satunya dan bisa bertindak sesuai keinginannya. Politik Kerajaan banyak memicu perebutan kekuasaan diantara keluarga kerajaan sendiri. Ditambah perebutan wilayah kekuasaan dari luar Kerajaan menambah penyebab banyaknya terjadi perang di masa itu, baik perang saudara maupun perang antar kerajaan.

Indonesia yang kini sudah menjadi negara dari Aceh hingga Papua, menjalankan politik Demokrasi. Demokrasi dimana rakyat menjadi penentu kekuasaan. Rakyat dapat memilih pemimpinnya sendiri. Demokrasi juga politik yang mendengarkan pendapat dan keinginan rakyatnya. Politik demokrasi tidak terikat dengan kekuasaan keluarga. Pemimpin negara dan perwakilan rakyat di parlemen merupakan orang- orang yang dipilih langsung oleh rakyat saat pemilu.