masbejo.com-Berikut ini Kunci Jawaban PAI Kelas 10 Halaman 178 Nilai Keteladanan dari Artikel Menekuni Al-Qur`an sebagai wujud Cinta Kepada Allah Swt.
Aktivitas 7.3
Baca dan cermatilah artikel di bawah ini, kemudian tulislah nilai-nilai keteladanan yang dapat diambil dari artikel tersebut!
Menekuni Al-Qur`an sebagai wujud Cinta Kepada Allah Swt.
K.H. M. Munawwir (Krapyak, Yogyakarta) adalah putra dari K.H. Abdullah Rosyad bin K.H. Hasan Basri. Ilmu Al-Qur`an diperoleh dari ayahnya sendiri, kemudian mendalaminya di Makkah dan Madinah melalui Syaikh Abdullah Sanqara, Syaikh Ibrahim Huzaimi, Syaikh Yusuf Hajar, dan beberapa syaikh lainnya. Selama 21 tahun belajar di Makkah dan Madinah, beliau kembali ke Kauman, Yogyakarta pada tahun 1909 M. Selain ahli qira’at sab’ah (tujuh bacaan Al-Qur`an), beliau juga mendalami ilmu lain melalui K.H. Abdullah (Kanggotan, Bantul, Yogyakarta), K.H. Kholil (Bangkalan, Madura), dan K.H. Shalih (Darat, Semarang). Dikisahkan saat baru berusia 10 tahun,beliau belajar kepada K.H. Cholil di Bangkalan, Madura. Suatu ketika, saat akan shalat berjamaah, K.H. Cholil tidak berkenan menjadi imam shalat, sambil berkata: “Seharusnya yang berhak menjadi imam adalah anak ini (sambil menunjuk K.H. M. Munawwir), meskipun masih usia belia, tetapi ahli qiraat.”
Sebagai wujud cinta kepada Allah Swt., beliau menekuni Al-Qur`an dengan usaha yang amat gigih, yakni sekali khatam dalam 7 hari 7 malam selama 3 tahun, kemudian sekali khatam dalam 3 hari 3 malam selama 3 tahun, kemudian sekali khatam dalam sehari semalam selama 3 tahun, dan membaca Al-Qur`an selama 40 hari berturut-turut.
Beliau selalu menunaikan shalat fardu pada awal waktu diiringi dengan shalat sunah rawatib. Secara rutin setiap setelah ashar dan subuh selalu mewiridkan Al-Qur`an. Setiap satu pekan sekali beliau mengkhatamkan Al-Qur`an, yakni pada hari Kamis sore. Hal ini rutin beliau lakukan sejak usia 15 tahun.
Di pondok pesantren Krapyak Yogyakarta K.H. M. Munawwir fokus mengajarkan Al-Qur`an kepada para santri. Mereka sangat menghormati beliau karena memiliki kewibawaan akhlak dan ilmu yang sangat tinggi. Di antara murid-murid beliau yang meneruskan perjuangan pengajaran Al-Qur`an adalah K.H. Arwani Amin (Kudus, Jawa Tengah), K.H. Badawi (Kendal, Jawa Tengah), Kyai Zuhdi (Nganjuk, Jawa Timur), K.H. Muntaha (Kalibeber, Wonosobo, Jawa Tengah), K.H. Murtadla (Buntet, Cirebon, Jawa Barat), K.H. Hasbullah (Wonokromo, Yogyakarta).
Beliau wafat pada hari Jum’at tanggal 11 Jumadil Akhir tahun 1942 M, dimakamkan di pemakaman Dongkelan, sekitar 2 km dari kompleks pesantren Krapyak. Karena banyaknya orang yang bertakziyah, bertindak sebagai imam shalat jenazah secara bergiliran adalah K.H. Manshur (Popongan, Solo, Jawa Tengah), K.H. R. Asnawi (Kudus, Jawa Tengah), dan KH. Ma’shum (Rembang, Jawa Tengah).
Sumber: Manaqibus Syaikh: K.H. M. Moenauwir Almarhum: Pendiri Pesantren Krapyak Yogyakarya, diterbitkan oleh Majelis Ahlein (Keluarga Besar Bani Munawwir) Pesantren Krapyak, tahun 1975
Jawaban:
Nilai keteladan yang dapat kita ambil dari artikel bacaan tersebut antara lain:
1. Kita harus selalu mencinta kitab suci Al Qur’an.
2. Kita harus banyak membaca kitab suci Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
3. Selalu giat melaksanakan shalat fardhu dan mengikutinya dengan shalat sunah rawatib.
4. JIka kita memiliki ilmu maka kita harus mengajarkan ilmu tersebut kepada orang lain.
Pembahasan
Al Qur’an merupakan wahyu Allah yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad. Seseorang yang mengimani ayat Al Qur’an berarti secara tidak langsung orang tersebut mengimani kepada Allah. Sehingga seseorang yang beriman kepada kitab Allah akan membuat orang tersebut selalu mengamalkan semua perintah Allah dan menjauho semua larangan Allah dalam kehidupan sehari-hari.